Rabu, 22 Oktober 2014

syarat syahadatain

TUJUAN KOGNITIF

  1. Memahami bahwa syahadah yang diucapkannya mesti dilandasi dengan ilmu pengetahuan, keyakinan keikhlasan, membenarkan, mencintai, menerima dan tunduk.

III.  TUJUAN AFEKTIF Dan PSIKOMOTOR
  1. Menyadari bahawa kebodohan, ragu-ragu, syirik, dusta, benci, ingkar dan menolak pelaksanaan adalah di antara sikap-sikap yang menyebabkan pernyataan syahadatain ditolak.
  2. Termotivasi untuk mendalami ajaran Islam, meyakini kebenarannya, ikhlas dalam menjalankannya, mencintai Allah dan Rasul-Nya, menenrima dan tunduk terhadap segala ketentuannya
  3. Mampu mewujudkan sikap rela diatur oleh Allah, Rasul dan Islam dalam setiap keadaan.
  1. Mengamalkan ajaran islam sebagai konsekuensi dari kalimah syahadah

IV. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan  dalam halaqah adalah :
  1. Kegiatan Pembuka
    1. Mengkomunikasikan tentang urgensi mengkaji Syarat diterima Syahadat
      1. Menginventarisir tentang penomena yang berhubungan dengan tema kajian

2.   Kagiatan Inti:
  1. Kajian tentang makna Ilah
  2. Berdikusi dan tanya jawab tema kajian ( lihat tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor)
  3. Penekanan dari Murobbi  tentang nilai dan hikmah yang terkandung dalam materi Syarat diterima Syahadat

  1. Kegiatan Penutup:
  2. Tugas mandiri
  3. Evaluasi

VI. PILIHAN KEGIATAN PENDUKUNG

  1. Mengadakan rihlah dan tafakkur  tentang ciptaan Allah Swt hingga dapat membuktikan adanya pencipta dengan akalnya
  2. Mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur`an yang menunjukkan pada tafakkur
  3. Mengumpulkan ayat-ayat tentang pentinga mengkaji Syarat diterima Syahadat
  4. Mengumpulkan hadits-hadits yang menunjukkan hal di atas
  5. Menulis makalah tentang pentingnya mengkaji Syarat diterima Syahadat
  6. Mengumpulkan perkataan-perkataan orang muslim dan lainnya yang obyektif tentang pentingnya mengkaji Syarat diterima Syahadat

VII.   SARANA EVALUASI DAN MUTABAAH

  1. Test akademis melalui pertanyaan, diskusi dan dialogmenggunakan metode pencatatan untuk meyakinkan (menegaskan) tercapainya tujuan.
  2. 2.    Test kemampuan untuk membandingkan sejauh mana tujuan telah tercapai.

VIII.  TUJUAN TARBIYAH DZATIYYAH

  1. Menjelaskan bahwa sebagai seorang mukmin hendakanya selalu berusaha untuk menjaga syahadat kita dari futur dan melemah. 
  2. Menjelaskn bahwa perlu mengetahui bagaimana syahadat diterima atau ditolak. Untuk diterimanya syahadat kita maka diperlukan beberapa persediaan misalnya ilmu, yakin, ikhlas, shidqu, mahabbah, qobul dan amal nyata. Juga kita perlu menolak kebodohan terhadap syahadat, keraguan, kemusyrikan, dusta, kebencian, penolakan dan tidak beramal.






 MUHTAWA



الْعِلْمُ الْمُنَافِي لِلْجَهْلِ 47 : 19 ، 43 : 86
اَلْيَقِيْنُ الْمُنَافِي لِلشَّكِّ 49: 15
الإِخْلاَصُ الْمُنَافِي لِلشِّرْكِ 98: 5، 18: 110
اَلصِّدْقُ الْمُنَافِي لِلْكَذِبِ 2: 8، 9 ، 33: 22، 24
شُرُوْطُ قَبُوْلِ
اَلْمَحَبَّةُ الْمُنَافِيَةُ لِلْبُغْضِ وَالْكَرَاهَةِ 2: 165 ، 5: 45
الشَّهَادَتْيِن
اَلْقَبُوْلُ الْمُنَافِي لِلرَّد 32: 33، 45
الإِنقِيَادُ الْمُنَافِي للاِمْتِنَاعِ وَالتَّرك وَعَدَمِ الْعَمَلِ 34: 51، 56 ، 31:22

1. PENJELASAN RASMUL BAYAN
Agar Syahadah diterima dan seseorang mendapatkan apa yang dijanjikan Allah kepadanya dengan syahadahnya itu, maka ada beberapa syarat yang mesti dimiliki oleh seseorang yang telah mengikrarkan syahadahnya. Di antaranya adalah:

  1. Ilmu yang menolak kebodohan.

Ilmu yang dimaksud adalah ilmu tentang Allah, ma’rifatullah dan ilmu tentang Rasulullah. Mengenal secara baik terhadap Allah dan Rasul-Nya menjadikan seseorang dapat memberikan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya tidak mengenal (bodoh) terhadap Allah dan Rasul-Nya menyebabkan seseorang tidak mampu menunaikan hak-hak Allah dan Rasulnya . Allah berfirman dalam Qs 47:19,  43:86

  1. Keyakinan yang menolak keraguan.
Syahadah yang diikrarkan juga harus dibarengi dengan keyakinan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Yakin bahwa Allah sebagai Pencipta, Pemberi Rezki, Ma’bud (Yang layak disembah), dan lain sebagainya serta yakin bahwa Rasulullah adalah nabi terakhir yang diutus Allah. Keraguan terhadap masalah ini menyebabkan syahadah seseorang ditolak. Allah berfirman dalam Qs. 49:15

  1. 3.      Keikhlasan yang menolak kesyirikan.
Ketulusan kepada Allah saat mengikrarkan syahadah sangatlah penting. Sebab ia merupakan ibadah dan ibadah harus diniatkan hanya untuk mengharapkan ridha Allah. Jika ada niat lain yang bukan untuk Allah, maka ia tertolak. Terlebih lagi ketika nilai tauhid terkotori oleh kesyirikan. Meskipun seseorang telah mengikrarkan syahadahnya. Allah berfirman dalam Qs.98:5, 18:110

  1. 4.      Kejujuran yang menolak kebohongan.
Mengikrarkan syahadah haruslah dibarengi dengan kejujuran kepada Allah. Ash-Shidqu ma’allah mutlak diperlukan demi menjaga kemurnia tauhid seseorang. Sebaliknya dusta dan berbohong bertentangan dengan nilai kejujuran ini, yang membuat keimanan seseorang ditolak oleh Allah. Islam sangat menghargai kejujuran dan menolak kebohongan. Allah berfirman dalam Qs. 2:8,   33: 22,   22:24

  1. 5.      Cinta yang menolak kebencian.
Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah landasan keimanan, yang dengan itu seseorang rela untuk memberikan pengabdiannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya harus diprioritaskan daripada cinta kepada yang lain. Sebaliknya, benci kepada Allah dan Rasul-Nya membuat syahadah seseorang tertolak. Allah berfirman dalam Qs: 2:165, 9:24

  1. Penerimaan yang menolak penolakan.
Syahadah yang diikrarkan membuat seseorang harus menerima konsekuensinya. Mentaati perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya serta taat kepada Rasulullah saw. Menerima ajaran dan syariat Allah dan Rasulullah adalah konsekuensi dari syahadah. Sebaliknya menolak ajaran dan syariah Allah dan Rasul-Nya menyebabkan syahadah seseorang tertolak. Allah berfirman : 32;33, 32:45

7.Siap melaksanakan yang menolak pengabaian dan keengganan untuk beramal.
Di antara konsekuensi syahadah adalah melaksanakan tuntutan logis yang berupa amal dan perbuatan. Mengakui kebenaran ajaran Allah dan Rasullah tapi enggan dan menolak melaksanakan dapat membatalkan syahadah tersebut.


NARASI

Syahadah yang diikrarkan seorang muslim tidak hanya sebagai ibadah lisan yang hanya diucapkan. Ia juga mencakup sikap dan perbuatan. Di mana syahdah menuntut seseorang untuk melakukan dan bersikap sesuai dengan tuntutan syahadah tersebut.

  1. 1.                  Ilmu Yang Menolak Kebodohan.

Seorang yang bersyahadah mesti memiliki pengetahuan tentang syahadatnya.  Ia wajib memahami arti dua kalimat ini serta bersedia menerima hasil ucapannya.  Orang yang jahil atau bodoh tentang makna syahadatain tidak mungkin dapat mengamalkannya.
Manusia berkewajiban mempelajari pengertian dai syadahah Laa Ilaha Illa Allah.

”Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (Muhammad: 19).

Mereka yang bersyahadat adalah Allah, malaikat, dan orang-orang yang berilmu (para nabi dan orang beriman).

”Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Ali Imran: 18)


  1. 2.      Keyakinan Yang Menolak Keraguan.

Seorang yang bersyahadat mesti meyakini ucapannya sebagai suatu yang diimaninya dengan sepenuh hati tanpa keraguan. Keyakinan membawa seseorang pada istiqomah dna mendorong seseorang melakukan kosekuensinya, sedangkan ragu-ragu menimbulkan kemunafikan.

Iman yang benar adalah yang tidak bercampur dengan keraguan sedikitpun tentang ketauhidan Allah.

”Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.” (Al-Hujurat: 15).

Keyakinan kepada Allah menjadikan seseorang terpimpin dalam hidayah.


“Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.” (As-Sajdah: 24).

Keyakinan kepada Allah menuntut keyakinan kepada firman-Nya yang tertulis pada kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi dan rasul. Allah menurunkan kitab-kitab itu sebagai petunjuk hidup.

Di antara ciri mukmin adalah tidak ragu terhadap kebenaran kitabullah dan yakin terhadap hari Akhir.


”Alif laam miin. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Al-Baqarah: 1-5).

  1. 3.            Keikhlasan Yang Menolak Kesyirikan.

Ucapan syahadat mesti diiringi dengan niat yang ikhlas lillahi ta’ala. Ucapan syahadat yang bercampur dengan riya’ atau kecenderungan tertentu tidak akan diterima Allah. Ikhlas dalam bersyahadat merupakan dasar yang paling penting dalam pelaksanaan syahadat.

Syahadat merupakan ibadah, karenanya harus dilakukan dengan ikhlas.


“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (Al-Bayyinah: 5)


Kesyirikan menghapus amal amal seseorang, betapapun banyaknya amal itu.


”Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-Zumar: 65).

Ibadah yang tidak diniatkan dengan ikhlas tidak diterima oleh Allah Ta’ala.


”Katakanlah: Sesungguhnya Aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Al-Kahfi: 110).

  1. 4.            As-Shidqu (benar) Yang Menolak Kejujuran.

Dalam pernyataan syahadat muslim wajib membenarkan tanpa dicampuri sedikitpun dusta (bohong). Benar adalah landasan iman, sedangkan dusta landasan kufur. Sikap shiddiq akan menimbulkan ketaatan dan amanah. Sedangkan dusta menimbulkan kemaksiatan dan pengkhianatan.

Ciri-ciri taqwa adalah sikap shiddiq (jujur)


“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.” (Az-Zumar: 33).

Orang yang benar dan jujur syahadahnya akan terbukti dalam medan jihad dan Allah membalas mereka, sedangkan orang-orang munafik akan mendapat siksa.

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya). Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 23-24).


Ciri kemunafikan adalah dusta.

“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al-Baqarah: 8-10).

Kebenaran dan kemunafikan diuji melalui cobaan. Untuk dilihat siapa sesungguhnya yang jujur dengan keimanannya.


“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-Ankabut: 2-3).

Sikap benar mengajak kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke surga. Sifat dusta mengajak kepada keburukan dan keburukan membawa ke neraka. Rasulullah bersabda,
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا
“Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebajikan dan kebajikan menunjukkan kepada surga. Seseorang berlaku jujur sehingga ia dicatat sebagai orang jujur. Sesungguhnya dusta menunjukkan kepada kejahatan dan kejahatan menunjukkan kepada neraka. Seseorang berlaku dusta hingga ia ditulis sebagai pendusta.” (Bukhari Muslim).

Hendaknya seorang muslim melakukan hal-hal yang sejalan dengan keyakinannya dan meninggalkan yang meragukanmu, sesungguhnya benar itu menenangkan (hati) sedangkan dusta itu meragu-ragukan.
Rasulullah bersabda,
دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ
“Tinggalkan apa yang merugukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu.”

  1. 5.            Mahabbah (Kecintaan) Yang Menolak Kebencian.

Dalam menyatakan syahadat ia mendasarkan pernyataannya dengan cinta. Cinta ialah rasa suka yang melapangkan dada.  Ia merupakan ruh dari ibadah, sedangkan syahadatain merupakan ibadah yang paling utama. Dengan rasa cinta ini segala beban akan terasa ringan, tuntutan syahadatain akan dapat dilaksanakan dengan mudah.

Cinta kepada Allah yang teramat sangat merupakan sifat utama orang beriman. Allah berfirman,

”Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[1] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”


Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menyebabkan datangnya rasa manis keimanan, sabda Rasulullah saw.,
قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
”Ada tiga perkara yang barangsiapa pada dirinya empat perkata itu akan mendapatkan manisnya iman; agar Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selainnya. Agar mencintai seseorang atau membencinya karena Allah. Dan agar benci kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci jika dilemparkan ke neraka.” (Muttafaq Alaihi).

Seorang mukmin mendahulukan kecintaan kepada Allah, Rasul dan jihad dari kecintaan terhadap yang lain.

”Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (At-Taubah: 24),


  1. 6.            Menerima Yang Jauh Dari Penolakan.

Muslim secara mutlak menerima nilai-nilai serta kandungan isi syahadatain.  Tidak ada keberatan dan tanpa rasa terpaksa sedikitpun.  Baginya tidak ada pilihan lain kecuali Kitabullah dan sunnah Rasul. Ia senantiasa siap untuk mendengar, tunduk, patuh dan taat terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya.

Mukmin adalah mereka yang bertahkim (berhukum) kepada Rasul Allah dalam seluruh persoalannya kemudian ia menerima secara total keputusan Rasul, tanpa ragu-ragu dan kebenaran sedikitpun.


“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisa’: 65).


Ciri orang beriman ialah menerima ketentuan dan perintah Allah tanpa keberatan dan pilihan lain.


“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al-Ahzab: 36).


“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dia kehendaki dan memilihnya. sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia).” (Al-Qashash: 68).

Ciri mukmin ialah mendengar dan taat terhadap Allah dan Rasul dalam seluruh masalah hidup mereka.


“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (An-Nur: 51).

  1. 7.            Pelaksanaan Yang Jauh Dari Sikap Statik atau Diam.

Syahadatain hanya dapat dilaksanakan apabila diwujudkan dalam amal yang nyata. Maka muslim yang bersyahadat selalu siap melaksanakan ajaran Islam yang menjadi aplikasi syahadatain. Ia menentukan agar hukum dan undang-undang Allah berlaku pada diri, keluarga maupun masyarakatnya.

Perintah Allah untuk bekerja di jalanNya dengan perhitungan nilai kerja itu disisi Allah.


“Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah: 105).

Orang yang beramal shalih karena Allah, baik-laki-laki maupun perempuan akan mendapat kehidupan yang baik dan surga Allah.


“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar