NAMA : SEPTI
KELAS :
1C1
NIM :
2141310009
MK :
AGAMA
Sebagai
test awal, jawablah pertanyaan berikut ini, dicomment di status ini ( bukan di
wall )
1. Apa maksud syhadat yang memenuhi syarat
2. Apa itu Ridho
3. Sebutkan perintah dan Hadits Rasululah, berkenaan tentang ilmu, minimal masing-masing 3
4. Jelaskan perbedaan Qadha dan Takdir (اَلْقَضَاءُ وَالْقَدَرُ).
6. Jelaskan tentang Syukur dan Sabar
7. Apa yang dikehendaki Allah terhadap diri kita
8. Ada 7 Sifat-sifat dalam bentuk isim fa’il yang menunjukkan bahwa sifat itu melekat dengan dzatnya (الصفة مُلْتَصِقَةُ بِالذَّاتِ) jelaskan..
9. Apa yang harus kita lakukan bila kita Ridho terhadap rasulullah
10. Apa itu Mahabbah dalam Syahadain..
1. Apa maksud syhadat yang memenuhi syarat
2. Apa itu Ridho
3. Sebutkan perintah dan Hadits Rasululah, berkenaan tentang ilmu, minimal masing-masing 3
4. Jelaskan perbedaan Qadha dan Takdir (اَلْقَضَاءُ وَالْقَدَرُ).
6. Jelaskan tentang Syukur dan Sabar
7. Apa yang dikehendaki Allah terhadap diri kita
8. Ada 7 Sifat-sifat dalam bentuk isim fa’il yang menunjukkan bahwa sifat itu melekat dengan dzatnya (الصفة مُلْتَصِقَةُ بِالذَّاتِ) jelaskan..
9. Apa yang harus kita lakukan bila kita Ridho terhadap rasulullah
10. Apa itu Mahabbah dalam Syahadain..
Jawaban
1. Makna syahadat
adalah pengakuan ketauhidan dan pengakuan kerosulan. Syarat syahadat adalah
sesuatu yang tanpa keberadaannya maka yang disyaratkannya itu tidak sempurna.
Apabila seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat tanpa memenuhi
syarat-syaratnya, bisa dikatakan syahadatnya tidak sah. Syarat syahadat ada tujuh
yaitu: pengetahuan, keyakinan, keikhlasan, kejujuran, kecintaan, penerimaan,
dan ketundukan.
2. Ridho menurut
bahasa berarti menerima suatu perkara dengan lapang dada tanpa merasa kecewa ataupun
tertekan. Sedangkan menurut istilah, Ridho
adalah menerima semua kejadian yang menimpa dirinya dengan lapang dada,
menghadapinya dengan tabah, tidak merasa kesal dan tidak berputus asa. Ridho
berkaitan dengan perkara keimanan yang terbagi menjadi dua macam, yaitu Ridho
Allah kepada hamba-nya dan ridho hamba kepada Allah. Ini sebagaimana
diisyaratkan Allah dalam firman-Nya,
”Allah ridho terhadap mereka dan mereka pun ridho kepada-Nya.” (QS. 98: 8)
”Allah ridho terhadap mereka dan mereka pun ridho kepada-Nya.” (QS. 98: 8)
3. a. Beliau, Nabi SAW bersabda:
“menuntut ilmu itu fardhu atas setiap muslim” (HR. Abu na’im dari Hadits ‘ali).
b. Beliau Nabi SAW bersabda: “tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina.”(HR.Ibnu Adi dan Al Baihaqi dari Anas)’
c. Beliau Nabi SAW bersabda: “barang siapa yang menempuh jalan yang padanya ia menuntut ilmu, maka Allah menempuhkannya jalan kesurga.” (HR. Muslim dari Abu Harairah).
d. Beliau Nabi SAW bersabda: “sungguh kamu pergi lalu kamu belajar satu bab dari ilmu, itu lebih baik dari pada kamu sholat seratus raka’at.” (HR. Ibnu Abdil Barr dari Abu Dzarr).
e. Beliau Nabi SAW bersabda: “belajarlah apa yang kamu kehendaki, Allah tidak akan memberi pahala kepadamu sehingga kamu mengamalkan.” (HR Ibnu Abdil Barr dan Ad Dailami).
b. Beliau Nabi SAW bersabda: “tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina.”(HR.Ibnu Adi dan Al Baihaqi dari Anas)’
c. Beliau Nabi SAW bersabda: “barang siapa yang menempuh jalan yang padanya ia menuntut ilmu, maka Allah menempuhkannya jalan kesurga.” (HR. Muslim dari Abu Harairah).
d. Beliau Nabi SAW bersabda: “sungguh kamu pergi lalu kamu belajar satu bab dari ilmu, itu lebih baik dari pada kamu sholat seratus raka’at.” (HR. Ibnu Abdil Barr dari Abu Dzarr).
e. Beliau Nabi SAW bersabda: “belajarlah apa yang kamu kehendaki, Allah tidak akan memberi pahala kepadamu sehingga kamu mengamalkan.” (HR Ibnu Abdil Barr dan Ad Dailami).
4. Qadha adalah:
ketentuan dasar atas segala sesuatu yang diciptakan-nya atau penetapan atas
segala sesuatu yang akan diciptakan oleh allah swt.
Takdir ada 2 katagori yaitu takdir dari qadr dan qadha’ mubram dan takdir dari qadr dan qadha’ muallaq.takdir mubram (MUTLAK) merupakan hak prerogatif Tuhan,artinya bisa saja tuhan meniadakannya/membatalkannya dan takdir muallaq ( iradah / wewenang), takdir dengan dibuatnya jalur pilihan yg berhubungan dengan ikhtiar makhluk-nya.adalah ketetapan yg telah dibuat oleh tuhan tetapi makhluknya (manusia dan jin),diberi kesempatan untuk merubah dan memilihnya,kemudian tuhan yang menentukannya kemudian/berkehendak.
Takdir ada 2 katagori yaitu takdir dari qadr dan qadha’ mubram dan takdir dari qadr dan qadha’ muallaq.takdir mubram (MUTLAK) merupakan hak prerogatif Tuhan,artinya bisa saja tuhan meniadakannya/membatalkannya dan takdir muallaq ( iradah / wewenang), takdir dengan dibuatnya jalur pilihan yg berhubungan dengan ikhtiar makhluk-nya.adalah ketetapan yg telah dibuat oleh tuhan tetapi makhluknya (manusia dan jin),diberi kesempatan untuk merubah dan memilihnya,kemudian tuhan yang menentukannya kemudian/berkehendak.
5. Syukur arti syukur adalah rasa terima kasih atas
pemberian/nikmat Allah yang diiringi dengan perasaan ridho atau puas dengan
sedikit sekalipun.
Sabar adalah kemampuan pengendalian diri.
Sabar adalah kemampuan pengendalian diri.
6. Kehendak
Allah terhadap manusia. Islam mengajarkan bahwa kehendak dan kuasa Allah dalam
konteks kesesatan manusia berbeda dengan keinginan Allah. Keinginan Allah datang
dari diri-nya sendiri, bahwa dia menginginkan semua manusia selamat dan tidak
tersesat, bahkan dia menyatakan diri-nya sangat berharap dan terbuka untuk
menerima hamba-hamba yang ingin kembali, menghapus dosa mereka dan tidak
mengingat-ingat lagi kemaksiatan yang pernah dilakukan. Sedangkan kuasa dan
kehendak-nya selalu berdasarkan ‘input’ yang datang dari manusia itu sendiri.
7. Sifat-sifat
fa’il
. أبْنِيَةُ أسْمَاءِ الْفَاعِلِينَ والْمَفعُولِينَ وَالصَّفاتِ المُشَبَّهةِ بِهَا
Bentuk-bentuk isim fa’il, isim maf’ul dan sifat musyabbahah
كَفَاعِلٍ صُغ اسْمَ فَاعِلٍ إذَا ¤ مِنْ ذِي ثَلَاثَةٍ يَكُونُ كَغَذَا
Bentuklah isim fa’il seperti wazan faa’ilun, apabila berupa fi’il tsulatsi. Contoh: ghodzaa (bentuk isim fa’ilnya ghoodin asalnya ghoodiwun)
وَهُوَ قَلِيلٌ فِي فَعُلْتُ وَفَعِلْ ¤ غَيْرَ مُعَدَّى بَلْ قِيَاسُهُ فَعِلْ
Isim fa’il wazan faa’ilun tersebut jarang digunakan pada fi’il wazan fa’ula (dhommah’ain fiilnya) dan fi’il wazan fa’ila (karoh ‘ain fiilnya) yang tidak muta’addi, bahkan qias isim fa’ilnya berwazan fa’ilun, <lanjut ke bait berikutnya).
وَأفْعَلٌ فَعْلَانُ نَحْوُ أشِرِ ¤ وَنَحْوُ صَدْيَانَ وَنَحْوُ الأَجْهَرِ
Atau wazan af’alun atau wazan fa’laanu. Contoh: asyirun, shodyaanu dan ajharu.
وَفَعْلٌ أوْلَى وَفَعِيلٌ بِفَعُلْ ¤ كَالضَّخْمِ وَالْجَمِيل وَالْفِعْلُ جَمُلْ
Isim fa’il wazan fa’lun dan fa’iilun lebih utama untuk fi’il wazan fa’ula (dhommah ‘ain fi’ilnya). Contohnya dhohmun dan jamiilun fi’ilnya berlafazh jamula
وَأفعَلٌ فِيهِ قَلِيلٌ وَفَعَلْ ¤ وَبِسِوَى الْفَاعِلِ قَدْ يَغْنَى فَعَلْ
Adapun isim fa’il berwazan af’alun dan fa’lun pada fi’il fa’ula (dhommah ‘ain fi’ilnya) adalah jarang. Selanjutnya fi’il wazan fa’ala (fathah ‘ain fi’ilnya) terkadang cukup dengan bentuk isim fa’il selain wazan faa’ilun.
. أبْنِيَةُ أسْمَاءِ الْفَاعِلِينَ والْمَفعُولِينَ وَالصَّفاتِ المُشَبَّهةِ بِهَا
Bentuk-bentuk isim fa’il, isim maf’ul dan sifat musyabbahah
كَفَاعِلٍ صُغ اسْمَ فَاعِلٍ إذَا ¤ مِنْ ذِي ثَلَاثَةٍ يَكُونُ كَغَذَا
Bentuklah isim fa’il seperti wazan faa’ilun, apabila berupa fi’il tsulatsi. Contoh: ghodzaa (bentuk isim fa’ilnya ghoodin asalnya ghoodiwun)
وَهُوَ قَلِيلٌ فِي فَعُلْتُ وَفَعِلْ ¤ غَيْرَ مُعَدَّى بَلْ قِيَاسُهُ فَعِلْ
Isim fa’il wazan faa’ilun tersebut jarang digunakan pada fi’il wazan fa’ula (dhommah’ain fiilnya) dan fi’il wazan fa’ila (karoh ‘ain fiilnya) yang tidak muta’addi, bahkan qias isim fa’ilnya berwazan fa’ilun, <lanjut ke bait berikutnya).
وَأفْعَلٌ فَعْلَانُ نَحْوُ أشِرِ ¤ وَنَحْوُ صَدْيَانَ وَنَحْوُ الأَجْهَرِ
Atau wazan af’alun atau wazan fa’laanu. Contoh: asyirun, shodyaanu dan ajharu.
وَفَعْلٌ أوْلَى وَفَعِيلٌ بِفَعُلْ ¤ كَالضَّخْمِ وَالْجَمِيل وَالْفِعْلُ جَمُلْ
Isim fa’il wazan fa’lun dan fa’iilun lebih utama untuk fi’il wazan fa’ula (dhommah ‘ain fi’ilnya). Contohnya dhohmun dan jamiilun fi’ilnya berlafazh jamula
وَأفعَلٌ فِيهِ قَلِيلٌ وَفَعَلْ ¤ وَبِسِوَى الْفَاعِلِ قَدْ يَغْنَى فَعَلْ
Adapun isim fa’il berwazan af’alun dan fa’lun pada fi’il fa’ula (dhommah ‘ain fi’ilnya) adalah jarang. Selanjutnya fi’il wazan fa’ala (fathah ‘ain fi’ilnya) terkadang cukup dengan bentuk isim fa’il selain wazan faa’ilun.
8. Menjalankan segala perintah Allah SWT dan
menjauhi larangannya serta kita harus meneladani semua yang berkaitan tentang Rosullulah
sehingga kita dapat menjalankanya didalam kehidupan sehari-hari.
9. Mahabbah dalam
seriyahidan ialah kecintaan seseorang hamba kepada Allah SWT dan Rosul Nya agar
apa yang diperintahkan Allah dapat dijalankan dengan penuh keimanan.
Dalam menyatakan syahadat ia mendasarkan pernyataannya dengan cinta. Cinta ialah rasa suka yang melapangkan dada. Ia merupakan ruh dari ibadah, sedangkan syahadatain merupakan ibadah yang paling utama. Dengan rasa cinta ini segala beban akan terasa ringan, tuntutan syahadatain akan dapat dilaksanakan dengan mudah.cinta kepada Allah yang teramat sangat merupakan sifat utama orang beriman.
Dalam menyatakan syahadat ia mendasarkan pernyataannya dengan cinta. Cinta ialah rasa suka yang melapangkan dada. Ia merupakan ruh dari ibadah, sedangkan syahadatain merupakan ibadah yang paling utama. Dengan rasa cinta ini segala beban akan terasa ringan, tuntutan syahadatain akan dapat dilaksanakan dengan mudah.cinta kepada Allah yang teramat sangat merupakan sifat utama orang beriman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar